BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan / Kajian Teoritis
2.2 Pembahasan
2.2.1 Perbedaan Overweight dan Obesitas
Banyak orang menganggap obesitas dan overweight itu sama. Tak jarang, orang mengatakan "obes" terhadap seseorang yang tampak gemuk. Padahal, jika indeks massa tubuhnya diukur, belum masuk kategori obesitas, tapi mungkin overweight. Kalau memang berbeda, apa sebenarnya yang membedakannya?
Sebagian orang heran dengan pertanyaan itu. Banyak yang menganggap overweight sama dengan obesitas. “Obesitas itu ya kelebihan berat badan (overweight)”.
Overweight lebih diartikan sebagai "kelebihan berat badan". Ini merupakan keadaan berlebihnya berat badan seseorang di atas normal, tidak jauh melampaui berat badan normal.
Agar tidak membingungkan, WHO menetapkan alat ukur yang bisa digunakan para dokter atau ahli gizi di seluruh dunia, BMI (body mass index) atau indeks massa tubuh (IMT). IMT didapat dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (meter). Nilai BMI yang didapat tidak tergantung pada umur dan jenis kelamin.
Berat badan seseorang normal itu sama dengan berat badan ideal kurang-lebih 10% atau sama dengan 90% dari (tinggi-100). Sebagai contoh berat badan normal orang yang mempunyai tinggi badan 160 cm adalah:
90/160 x (160-100) ± 10% = 54 kg ± 5,4 kg
2.2.2 Dampak Buruk Kesehatan Bagi Penderita Overweight
Saya pernah mendengarkan seseorang berbicara “Semakin gemuk semakin kelihatan makmur”. Apakah penyataan tersebut benar? Ternyata salah. Banyak studi kasus menyatakan bahwa penderita overweight rentan terhadap penyakit. Dan saya mengambil dari beberapa sumber jenis-jenis penyakit yang disebabkan oleh overweight.
2.2.2.1 Diabetes Melitus
Lebih dari 85 persen orang dengan diabetes tipe 2 mengalami overweight. Diduga kelebihan berat badan membuat sel-sel berubah sehingga resisten terhadap hormon insulin. Akibatnya kadar gula dalam darah menjadi tinggi.
2.2.2.2 Sleep apnea (henti napas saat tidur)
Orang yang gemuk bisa jadi terdapat kelebihan lemak di sekitar lehernya, sehingga aliran napas menyempit. Karena itu, bernapas menjadi sulit, lalu mendengkur, atau terjadi henti napas. Tumpukan lemak itu juga memicu produksi zat penyebab peradangan, dan kondisi ini menjadi faktor risiko sleep apnea.
2.2.2.3 Osteoartritis
Badan yang gemuk akan memberi tekanan ekstra pada kartilase dan persendian, sehingga bisa cepat rusak. Timbunan lemak juga akan memicu terjadinya peradangan. Peradangan pada persendian adalah faktor risiko untuk osteoartritis.
2.2.2.4 Gangguan kandung kemih
Kelebihan berat badan karena tumpukan lemak akan memicu terjadinya batu pada kandung kemih. Overweight juga membuat kandung kemih mengalami pembesaran, sehingga tidak bisa bekerja dengan baik.
2.2.2.5 Sindroma metabolic
Gemuk terutama di daerah perut dan kurang olahraga adalah faktor risiko untuk kondisi ini. Dikatakan sindroma metabolik jika seseorang mengalami beberapa hal ini, lingkar pinggang lebih dari 90 cm (pria) dan lebih dari 80 cm (wanita), trigliserida tinggi (>150 mg/dL), HDL rendah (<50 mg/dl), hipertensi, dan kadar gula darah tinggi.
2.2.2.6 Penyakit jantung koroner (PJK)
Adanya sindroma metabolik, membuat risiko terkena PJK dan stroke makin tinggi. Peradangan pada pembuluh darah yang sering dipicu oleh timbunan lemak juga menjadi faktor risiko PJK.
2.2.2.7 Kanker
Kelebihan berat badan akan meningkatkan risiko terkena kanker, terutama kanker kolon, esofagus, dan ginjal. Pada wanita menopause juga berkaitan dengan kanker payudara dan rahim. Belum diketahui sebab pastinya, tapi diduga karena sel-sel lemak melepaskan hormon yang memengaruhi pertumbuhan sel-sel tubuh, yang mengarah pada kanker.
2.2.3 Diet yang Benar
Diet seringkali gagal, karena orang sering salah memahami tentang diet sehingga salah kaprah ketika menjalankannya. Padahal, dengan diet yang benar, anda tidak perlu kelaparan atau berpantang makanan.
Banyak orang menjalankan diet dengan cara yang salah. Mereka mengurangi makan dengan cara yang ekstrim sehingga seringkali merasa kelaparan. Selain itu menghindari berbagai makanan yang terbuat dari daging. Padahal diet tidaklah harus kelaparan dan harus berpantang daging.
Karena itu, sebaiknya anda berhati-hati dengan program diet yang sedang anda lakukan. Sebab, ketika anda semakin ketat terhadap program yang dilakukan bisa jadi Anoreksia menghampiri anda, atau malah menimbulkan obesitas yang baru. Kondisi jiwa seseorang yang tidak stabil merupakan sarana awal bagi masuknya penyakit Anoreksia yang lebih lengkapnya disebut Anoreksia Nervosa. Kelainan ini terutama menyerang bagi mereka yang hidup berkecukupan atau masuk golongan sosial-ekonomi menengah ke atas. Meski Anoreksi bisa bersifat ringan dan sementara atau berat dan berlangsung lama, tetap harus diperhatikan bagi yang sedang melakukan diet. Penderita anoreksia selalu berpikir apabila ia makan maka makanan yang masuk kedalam tubuh akan menyebabkan tubuhnya menjadi gemuk. Untuk itu, ia lebih baik tidak makan karena takut berat badannya bertambah.
Ciri lain yang perlu diperhatikan adalah tekanan darahnya rendah, sehingga penderita tampak lesu dan pucat, napas pendek-pendek, dada sakit, kedinginan,cepat merasa lelah, gampang emosi dan lesu.
Penyakit yang 95% penderitanya adalah wanita ini juga ditandai dengan perubahan gambaran tubuh, ketakutan yang sangat luar biasa akan kegemukan, penolakan untuk mempertahankan berat badan yang normal, hilangnya siklus menstruasi pada wanita.
Maka, lebih tepat dapat dikatakan Anoreksia Nervosa lebih ke arah penyakit jiwa, di mana orang yang menderita anoreksi nervosa diawali adanya gangguan psikologis lantaran takut berat badannya bertambah gemuk.
Problema yang dihadapi penderita anoreksia adalah masalah penampilan tubuh. Setiap kali ia mengaca ke cermin, meskipun tubuhnya sudah cukup ideal, masih saja merasa atau menilai bahwa dirinya terlalu gemuk. Sehingga anoreksia dapat dikategorikan sebagai penyakit jiwa akibat pemahaman tentang diet yang salah.
Di samping itu, efek lain dari pemahaman yang salah tentang Diet akan membawa risiko kegemukan di kemudian hari. Semakin ketat melakukan Diet, semakin besar risiko kegemukan yang akan dialami.
Dapat dilakuka diet rendah kalori dengan ketentuan bahwa penurunan berat badan per bulan hanya kurang-lebih 3 kg dan perlu diimbangi dengan latihan-latiha fisik misalnya senam. Adapun bahan makanan yang diberikan sehari untuk jenis diet rendah kalori terdiri dari bahan makanan di bawah ini atau penukarnya.
Beras 100 gr 355 kalori
Daging 150 gr 310 kalori
Telur ayam 1 buah 54 kalori
Tempe 100 gr 149 kalori
Sayuran 400 gr 200 kalori
Buah 400 gr 200 kalori
Minyak 15 gr 100 kalori
Gula 10 gr 36 kalori
+ 1.384 kalori
Untuk melakukan diet yang ketat harus minta nasihat dari dokter da harus selalu dalam pengawasannya.